Tidak
ada yang sempurna di dunia ini, tapi pikiranmu lah yang membuat dunia jadi
sempurna”. Sudah tiga pagi saya membaca tulisan tangan saya tersebut yang
ditempel di meja kerja. Begitu masuk ruangan, taraaaaa... kertas kuning itu
paling mencolok di sudut meja. Kalimat itu membuat saya wajib ceria setiap hari
dan wajib berpikir positif kepada siapapun. Walau tidak dapat dibohongi, perasaan
cemburu, perasaan curiga kadang selalu muncul pada tiap pasang mata.
Mengapa
harus cemburu dan curiga pada orang lain? Cemburu saat orang lain lebih
diperhatikan, cemburu saat seorang teman punya teman baru yang lain, cemburu
saat seorang teman bawa mobil baru, bahkan cemburu karena seorang teman lebih
pintar berbahasa asing ketimbang kita, dan cemburu ketika melihat teman
memberikan komentar di status facebook/tweet atau tulisan kompasianer lain.
Curiga.
Curiga saat teman yang baru menikah sudah hamil lagi. Curiga saat seorang teman
membeli rumah padahal kerja baru beberapa bulan. Dan curiga si A ada ‘something’ sama si B lantaran setiap
hari pulang kerja dengan jam yang sama. Dan pagi ini saya sudah curiga sama si
Soleh, office boy di kantor karena ruang kerja saya berbau tidak sedap. Pasti
ini orang ngepel lantai asal-asalan pake kain pel kotor.
Saya
berpikir, seandainya tuhan langsung menghukum kita saat kita berbuat salah, ga
tau deh, sudah ada berapa benjolan di
kepala ini setiap harinya. Bahkan ketika mata ini baru saja melek. Dan mungkin
juga doa saya sebelum tidur akan begini “Tuhan, saya mohon jangan jitak saya
besok” (masih untung cuma dijitak). Tapi, untungnya tuhan tidak seperti itu,
Dia memberi kita kesempatan untuk berpikir dan memperbaiki kesalahan-kesalahan
kita, sebelum Dia menegur kita bahkan kelak menghukum kita.
Dari
rasa cemburu dan curiga yang menggebu di kepala, pasti minimal ada satu
hikmahnya. Lihat orang lebih diperhatikan dari pada kita, maka bersyukurlah
karena orang lain menganggap kita tidak lebih rapuh yang orang yang dicemburui.
Teman kita punya teman baru, ya positifnya mungkin nanti dia juga bisa jadi
teman kita. Melihat teman punya mobil baru, maka bersyukurlah ikut berbahagia
dan mudah-mudahan bisa nebeng mobil baru. Hehe. Kemudian lihat teman lebih jago
berbahasa asing, maka saya sekarang setiap pagi buka kamus mandari saya (sepertinya
kemarin kapasitas sudah saya upgrade jadi 258. Lumayan lah dari pada lumanyun).
Dan kalau melihat orang lain memberi komen positif pada stat atau tweet atau
tulisan orang lain, maka saya juga akan ikut-ikutan (nebeng beken).
Perasaan
cemburu masih gampang diatasi. Tapi rasa curiga, walau hanya di pendam dalam
kepala, dia seperti kutu rambut yang bikin gatal dan sangat mengganggu.
Khususnya buat orang yang tingkat inquiry-nya tinggi sekali. Sebenarnya itu
bahasa lain saya dari ingin tau dan sok tau.
Bagaimana
perasaan curiga bisa tumbuh begitu subur di kepala? Bagaimana bisa-bisanya saya
berpikir teman sama hamil duluan? Kalau dia bisa hamil secepat itu, artinya
suaminya jago dong (hehe), dan belum tentu kalau saya menikah nanti bisa
secepat itu. Dan curiga-curiga saya pada orang lain lagi? Ah, sejak ada tulisan
di kertas kuning itu, saya mulai mengabaikannya. Biarkan saja. Toh tidak
merugikan saya. Kecuali kalau perkara tersebut berhubungan dengan kemaslahatan
umat, membela kebenaran dan menumpas kejahatan (dengan kekuatan bulan akan
menghukum mu!).
Itulah
cara Tuhan, memberikan saya waktu untuk berpikir kembali terhadap apa yang ada
di pikiran dan terhadap apa yang saya rasakan. Dia memberi saya peluang untuk
memperbaiki banyak kesalahan. Dan saya tahu, bahwa malam ini saya tidak perlu
memohon “ Tuhan, saya mohon jangan jitak
saya besok”. Saya cukup minta “Jika mata saya masih bisa terbuka besok, biarlah
hati dan pikiran saya tetap pada tempatnya. Jangan biarkan dia terlena pada
bisikan si cemburu dan si curiga. Selalu berilah kesempatan untuk memperbaiki
kesalahan, dan jadikan hari besok lebih baik dari ini. Amien”.
Sebenarnya
sih, saya tidak yakin mampu menghilangkan sifat cemburu dan curiga yang sudah
mengakar ini, biarlah dia tumbuh asal menghasilkan buah yang enak dan baik.
Artinya, cemburu dan curiga itu boleh saja, asal memberikan efek positif buat
kita. Dia bisa menjadi motivator, dia bisa menjadi jembatan bahkan dia mampu
menuntaskan permasalahan dan dia bukanlah sesuatu yang mematikan (jangan berlebihan
aja..).
Cimahi,
050112
Tidak ada komentar:
Posting Komentar