Dua orang teman sedang berbicara,
si A dan si B. Si A berbicara ke si B “Ih, ga matching banget sih kerudung ama
bajunya”. Yup, si A memang sedang usil terhadap penampilan orang lain. Padahal di
dalam hati si C sebagai pendengar berkata kemaren
juga dia pake baju ‘ga banget’, celana kedodoran dipadu blazer ngatung. Tapi,
si C malas untuk mengungkapkan perasaannya tersebut pada si A. Di dalam
pikirannya, hal tersebut tidak layak untuk dibicarakan, apalagi di depan orang
lain seperti yang si A lakukan terhadap si B.
Siangnya si B bercerita ke si C “Tadi dengar ga dia ngomong
gitu? Mulutnya bener-bener ga sekolah banget ya... sakit hati sebenernya aku
tuh” mendengar curhatan itu, si C cuma bisa menyabarkan hati si A. Padahal si C
sendiri pun pernah di usili seperti itu, bahkan berkali-kali. Tapi si C tidak
mau ambil pusing lebih baik dia ke toilet dan bercermin kemudian bicara pada
bayangan yang ada di hapannya “u’re
beautiful today”.
Menjelang siang, giliran si B
yang curhat pada si C, dia bilang “Kok si A gitu doang marah sih?” dan si C
hanya menjawab, “lagi sensi kali, lagian ngapain juga ngomong gitu?”. Si B curhat
berpanjang-panjang, namun tetap hanya satu yang ada di benak si C, si B
orangnya memang sangat usil. Walaupun kadang si B tidak bermaksud menyinggung,
tapi yang namanya omongan tuh memang harus dijaga. Omongan itu memiliki 4 sifat
berdasar waktu:
1. Penting
dan perlu segera dibicarakan, contohnya: jadwalnya si bos, laporan-laporan
yang diminta bos atau unit lain, nasehat-nasehat, ilmu pengetahuan, dll.
2. Penting
namun perlu ditunda untuk dibicarakan: terkadang memberi masukan pada
orang lain bisa jadi hal yang perlu ditunda, tergantung pada kebutuhan dan
kesiapan si pendengar terhadap masukan tersebut. Dan urgenitas terhadap
pemecahan masalah tersebut.
3. Tidak
penting namun layak untuk dibicarakan: lelucon, berita-berita hoax yang
tidak menyangkut pribadi siapapun, dll
4. Tidak
penting dan tidak perlu dibicarakan: ngegosipin orang, manas-manasin
orang, kritik yang ga solutif, dll.
Nah, kejadian di atas
masuk kategori kategori nomor 4. Tidak penting dan tidak perlu dibicarakan,
apalagi kalau yang keluar cuma komentar bukan memberi solusi. Maka, berhentilah
menjurumuskan diri anda dalam kategori 4. Selain anda membuat gerah orang lain
dan di benci, Anda hanya menyia-nyiakan waktu dengan menambah dosa dan
bahkan Anda akan kehilangan orang—orang di sekitar Anda tanpa Anda pernah
menyadari bahwa mulut Anda telah memakan kepala Anda sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar